Friday, November 3, 2023

Thursday, June 15, 2023

Monday, May 11, 2020

Essay Bonus Demografi

Bonus demografi ialah fenomena dimana dengan kondisi usia produktif (15-64 Tahun) lebih banyak dari usia non produktif (0-14 Tahun). Artinya usia yang siap kerja untuk mendukung kemajuan perekonomian Indonesia sangat banyak atau melimpah. Namun fenomena ini jika tidak dimanfaatkan dengan baik akan sia-sia. Untuk mendukung manfaat bonus demorafi maka perlu adanya faktor-faltor penjamin mutu SDM, seperti pendidikan.
Usia Produktif: Ekspektasi, Harapan, dan Kenyataan di Dunia Kerja ...

Pendidikan di Indonesia sangat penting untuk menunjang keberhasilan dari manfaat bonus demografi, baik pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal ialah pendidikan yang telah diprogram wajib oleh dari pemerintah, seperti SD-SMP-SMA/SMK hingga Perguruan Tinggi, sedangkan pendidikan non formal ialah pendidikan yang menujang kemajuan skill yang tidak diperoleh secara maksimal di pendidikan formal.

Keterampilan vokasi yang diperoleh dari bangku sekolah, lulusan SMK diharapkan mempunyai kemampuan yang lebih dibanding lulusan SMA. Harapan tersebut ternyata tidak terlihat di lapangan sebagaimana yang disampaikan oleh pelaku usaha. Sekitar 26% pelaku usaha menilai lulusan SMA/SMK berkualitas rendah dan tidak ada perbedaan kualitas secara signifikan antara lulusan SMA dan SMK. Kurang dari 10% pelaku usaha yang menilai lulusan SMA/SMA berkualitas sangat baik. 


Dari penjelasan tersebut dapat dinilai bahwasanya memang kualitas pendidikan sangat berperan penting dalam peraihan manfaat dari bonus demografi. Namun pada kenyataan di lapangan saat ini kondisi di Indonesia mayoritas masih terbilang jauh dari pendidikan yang berkualitas, Hal ini dibuktikan dengan contoh, pada tahun 2010, masih >50% lulusan SMA/MA/SMK bekerja di unskilled jobs dan >30% di semi-skilled jobs. Untuk lulusan pendidikan tinggi, masih ada sekitar 10% dan 40%, secara berturut-turut, yang bekerja di unskilled dan semi-skilled jobs. Hal tersebut memunculkan berbagai pendapat bahwasannya hal yang membuat lulusan tidak diterima di dunia kerja sesuai ekspetasi karena kualitas real yang ada tidak sesuai dengan yang diharapkan. Rendahnya kualitas tenaga kerja, yang antara lain diukur dengan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan, juga masih mengemuka. Dari sekitar 114 juta penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja (data 2013), sekitar 54,7 juta orang (47,9 persen) hanya berpendidikan SD/MI atau kurang, dan hanya 34,3 persen yang lulus sekolah menengah atau perguruan tinggi.

Isu rendahnya kualitas angkatan kerja masih akan tetap mengemuka dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Hal ini ditunjukkan oleh tingginya potensi tenaga kerja usia muda yang berpendidikan rendah. Pada tahun 2012, dari sekitar 62 juta penduduk usia 15-29 tahun yang sudah tidak bersekolah, ada sekitar 30 persennya yang hanya lulus SD/MI atau kurang. Selain itu, sampai saat ini masih banyak anak-anak yang putus sekolah dan tidak menyelesaikan pendidikan sembilan tahun dan juga banyak lulusan SMP/MTs/sederajat yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Sebagai gambaran, pada tahun 2012 terdapat 1,36 juta anak usia 13-15 tahun yang tidak bersekolah dan pada tahun 2015 mereka akan menjadi bagian dari angkatan kerja berpendidikan rendah. Keadaan tersebut tentu saja tidak cukup kondusif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang sangat membutuhkan tenaga kerja yang berkualitas dan bekerja sesuai dengan tingkat kompetensinya. Peningkatan kualitas tenaga kerja sangat dibutuhkan terutama karena tuntutan standar kualitas produksi yang semakin tinggi, lingkungan kerja yang semakin kompetitif, dan cepatnya perkembangan teknologi baik yang berasal dari luar negeri maupun yang dikembangkan di dalam negeri.

Permasalahan lain yakni perusahaan-perusahaan juga tidak banyak yang memberikan pelatihan kepada pegawainya.Hanya sekitar 5 persen tenaga kerja yang melaporkan pernah mendapat pelatihan. Hanya sektor keuangan dan jasa publik yang memberikan pelatihan cukup banyak bagi karyawannya (masing-masing sekitar 17 persen). Survei juga menemukan bahwa perusahaan kecil dan menengah jarang memberikan pelatihan (on-the-job training) bagi karyawannya.12 Hanya sekitar 3 persen perusahaan kecil (dengan karyawan 5-19 orang) dan hanya sekitar 13 persen perusahaan menengah (dengan karyawan 20-99 orang) yang memberikan pelatihan bagi karyawannya. Meskipun hampir 40 persen perusahaannbesar memberikan pelatihan bagi karyawan, angka tersebut masih lebih rendah dari yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan besar di negara-negara lain, yang angka rata-ratanya sudah mencapai 65 persen.

Pendidikan non formal berperan penting dalam penyediaan pelatihan keterampilan kerja melalui lembaga kursus, namun kualitasnya dinilai jauh lebih rendah dibanding lembaga pendidikan formal. Meskipun demikian, lulusan lembaga pendidikan non-formal dinilai lebih baik dalam hal relevansi dan adaptabilitasnya dengan kebutuhan lapangan kerja. Berbagai layanan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta, dinilai kurang mendukung kebutuhan pembangunan daerah.

Dengan demikian pendidikan bagi orang dewasa semakin menjadi tuntutan untuk membantu mereka mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baik teknis maupun profesional yang dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas hidup sesuai dengan perubahan lingkungan yang terjadi.
Siapkan Mental "Driver" Untuk Songsong Bonus Demografi Halaman 1 ...

Sunday, April 12, 2020

PERALATAN KANTOR

HOLAAA READERS🌈  Post selanjutnya kali ini author menulis mengenai Peralatan Kantor.  Apakah dari kalian sudah pada mengetahui apa itu peralatan kantor? macam-macamnya serta cara pemeliharaannya? jika belum Kuy! membaca materi tersebut. . .  “Pengetahuan adalah kekuatan, siapapun pelakunya” Jadi tunggu apalagi? Ayo membaca✨


1.   PENGERTIAN
·         Menurut The Liang Gie
“Peralatan kantor adalah benda-benda yang dipakai habis dalam pelaksanaan sehari-hari oleh pegawai tata usaha”.
·         Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
“Peralatan kantor berarti sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan”.
·         Secara Umum
“Peralatan kantor ialah alat-alat yang dipakai dalam kantor guna kelancaran perusahaan dalam melakukan/ melaksanakan kegiatan-kegiatan administrasinya”.

2.       MACAM-MACAM
Macam-macam peralatan kantor ialah barang-barang yang habis pakai digunakan dalam kegiatan suatu kantor yang cara menghabiskan nilainya yaitu tidak dalam waktu dekat. Contoh macam-macam peralatan kantor ialah :
a.       Meja-meja tulis.
Jual Meja Kantor / Kerja Harga Murah Berkualitas | Bukalapak

b.      Mesin ketik
Jual BROTHER M2000TR MESIN KETIK/TIK MANUAL 13" INC JAPAN MADE ...

c.       Komputer
Komputer Lab Sekolah merk HP Core2Duo dan LCD 17 inch
d.      Printer
Jual Canon PIXMA TS307 Inkjet Printer - Murah April 2020 | Blibli.com
e.      Almari Kantor
LEMARI ARSIP TINGGI BROTHER B 303 - Vurnika, Jual Meja Kantor ...

f.        Filling Cabinet.
DATAFILE Filling Cabinet 4 Laci Standard E | Shopee Indonesia
g.       Kursi-kursi
h.      Mesin hitung/kalkulator
i.         Mesin penghancur kertas
Jual Mesin penghancur kertas IDEAL 8280 CC - Jakarta Barat - mitra ...

j.        Map arsip atau guide
Map Arsip
k.       Mesin Fotokopi
l.         Ordner
Ordner Bantex 1465 7cm Folio F4 | Shopee Indonesia
m.    Memory card
n.      Flashdisk
o.      Eksternal harddisk
p.      Perforator
Paper Punch / Perforator / Pelubang Kertas Joyko 30-XL
q.      Penjepit kertas
Jual Penjepit Kertas Paper Clip Trigonal Clip No.5 Combo Jakarta ...

3.       PEMELIHARAAN
Pemeliharaan atau perawatan pada peralatan kantor mempunyai peranan penting untuk memberikan kelancaran kerja pegawai. Pemeliharaan semua peralatan kantor yang terdapat di lingkungan sekitar kantor menjadi tanggung jawab pegawai bagian perlengkapan. Pemeliharaan peralatan kantor dilakukan secara berkala dan darurat. Pemeliharaan secara berkala dilakukan setiap tiga bulan sekali sesuai dengan tingkat kerusakan pada peralatan kantor. Peralatan kantor yang mengalami kerusakan secara mendadak saat pengoperasian dapat dilakukan pemeliharaan secara darurat
Rahmah (2011) menyatakan bahwa pemeliharaan dapat dikategorikan ke dalam pemeliharaan ringan, pemeliharaan sedang, dan pemeliharaan berat. Pemeliharaan ringan dilakukan sehari-hari oleh unit pemakai atau pengurus barang tanpa membebani anggaran. Pemeliharaan sedang dilakukan secara berkala oleh tenaga terdidik atau terlatih yang membebani anggaran. Pemeliharaan dilakukan secara insidental oleh tenaga ahli yang pelaksanaannya tidak dapat diduga sebelumnya tetapi dapat diperkirakan kebutuhan yang membebani anggaran. Pemilihan cara atau metode pemeliharaan yang tepat akan membantu pencapaian target program pemeliharaan secara efektif dan efisien. Pemeliharaan sebagai daya upaya yang terus menerus untuk mengusahakan agar peralatan tersebut tetap dalam keadaan baik
Prawirosentono (2007:330-331) menyebutkan lima strategi pemeliharaan peralatan kantor, adalah sebagai berikut: (1) Strategi pemeliharaan peralatan berencana, (2) Strategi pencegahan pada mesin peralatan, (3) Strategi peramalan dalam penggunaan mesin, (4) Strategi pemeliharaan darurat mesin, (5) Strategi pengukuran kerja para tenaga perawat mesin. Berdasar pada strategi pemeliharaan peralatan kantor diatas maka dapat disimpulkan strategi pemeliharaan peralatan kantor dilakukan dengan cara pencegahan, peramalan, melakukan secara darurat, mengukur kerja para tenaga perawat mesin.

Referensi :
http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jpap/article/view/3947/6478

KONSEP DASAR DAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PERKANTORAN


TEKNOLOGI PERKANTORAN

  1. PENGERTIAN TEKNOLOGI PERKANTORAN
       Menurut Sayuti (2013), teknologi perkantoran lebih banyak diarahkan kepada beberapa peralatan atau mesin-mesin yang digunakan dalam kegiatan perkantoran. Maka dari itu pengertian teknologi perkantoran adalah bagaimana proses mencatat, menghimpun, mengolah, memperbanyak, mengirim dan menyimpan bahan-bahan keterangan secara efisien dengan menggunakan mesinmesin kantor.
  1. MANFAAT PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PERKANTORAN
Pengaruh Perkembangan Teknologi Perkantoran
     Perkembangan teknologi perkantoran mempunyai pengaruh yang positif terhadap ketenagakerjaan, prosedur kerja dan hasil kerja perkantoran itu sendiri disamping dampak negatifnya.
Sayuti (2013:149) menambahkan bahwa ada tiga manfaat atau dampak positif dari penggunaan teknologi perkantoran yaitu:
1.      Manfaat terhadap ketenagakerjaan yaitu:
a.       Peningkatan mutu tenaga kerja
b.      Peningkatan disiplin dan kegairahan dan kedisiplinan kerja
c.       Penghasilan bagi tenaga kerja
d.      Meringankan tenaga dan pikiran pegawai

2. Manfaat terhadap prosedur kerja yaitu:
a.     Mempercepat penyelesaian pekerjaan.
b. Menyederhanakan prosedur kerja atau memperpendek mata rantai penyelesaian   pekerjaan.
c.     Memeperlancar pekerjaan
d.    Mempermudah penyelesaian pekerjaan.

3. Manfaat terhadap hasil kerja yaitu:
a.     Meningkatkan mutu hasil pekerjaan kantor
b.    Mempertinggi jumlah hasil pekerjaan
c.    Memperoleh keseragaman bentuk, ukuran dan jenis hasil pekerjaan kantor.
  1. DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PERKANTORAN
 Penggunaan atau pemakaian teknologi perkantoran (mesinmesin kantor) dapat mempengaruhi serta memberikan dampak positif terhadap aktivitas-aktivitas perkantoran yang dilakukan. Sedarmayanti (2005:172) dan Yatimah (2013:304) menyimpulkan beberapa keuntungan penggunaan mesin kantor adalah:
1.      Menghemat biaya.
2.      Menghemat waktu dan tenaga.
3.      Memudahkan pengendalian dan ketepatan.
4.      Memudahkan pengawasan.
5.      Menghasilkan pekerjaan yang lebih baik dan rapi.
6.      Keterangan yang dimuat dapat lebih banyak.
7.      Mengurangi rasa bosan dengan metode manual.
8.      Mengurangi kelelahan pegawai.
Dampak negative
       Dampak negatif perkembangan teknologi perkantoran pada umumnya dirasakan sekali terutama yang menyngkut ketenagkerjaan dan penambahan biaya. Selain memberikan manfaat atau dampak positif bagi aktivitasaktivitas kerja di kantor. Teknologi perkantoran atau mesin-mesin perkantoran juga dapat memberikan dampak negatif, adapun dampak negatif dari penggunaan teknologi perkantoran menurut Sedarmayanti (2005:172) dan Yatimah (2013:304), yaitu:
1.   Tingkat penyusutan dari beberapa mesin cukup tinggi
2.   Memerlukan biaya yang tinggi guna pengadaan dan pemeliharaan untuk jenis tertentu
3.   Sulit mendapatkan operator mesin yang cakap dan perlu biaya untuk melatih mereka
4.  Kadang-kadang fleksibilitas dari beberapa metode mesin sulit didapat atau diterapkan
5.  Sulit mengadakan pemeliharaan dan perbaikan untuk jenis mesin tertentu apabila terjadi kerusakan.

SUMBER: 


MODUL AJAR KONSENTRASI KEAHLIAN MANAJEMEN PERKANTORAN XI